Selasa, 07 September 2010

Lailatul Qadar

Assalamu'alaikum wr wb

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan atas segala rahmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, atas rahmatnya kita semua masih dapat merasakan nikmat sehat dan iman dalam menjalani kehidupan ini.

Post saya kali ini mengenai salah satu malam istimewa di dalam Bulan Ramadhan, yaitu Malam Lailatul Qodar. Saya mengambil tema ini karena saya telah mendengar 2 kali materi tentang Lailatul Qodar, yaitu saat TAKBIR dan Khutbah Shalat Jum'at. Jadi apa salahnya saya meringkas apa-apa yang telah disampaikan kepada saudara-saudara pembaca blog ini agar ilmu ini dapat bermanfaat dan dapat berpengaruh dalam kehidupan, baik untuk diri saya sendiri maupun para pembaca yang Sholeh dan Sholehah. Amiiin.....

Pertama-tama, di sebuah malam di dalam Bulan Ramadhan. Terdapat sebuah malam dimana malam tersebut sangat istimewa dari malam-malam lainnya. Itulah malam dimana Al-Qur'an diturunkan ke Bumi. Hal tersebut merupakan mukzizat Rasulullah SAW yang abadi, karena sampai saat ini hal tersebut masih kita rasakan berupa Firman-Firman Allah SWT yang terkandung dalam Al-Qur'an. Umat Nabi Muhammad SAW, diberikan umur yang paling pendek dari umat-umat para nabi pendahulunya. Seperti Nabi Nuh, yang diberikan umur sebanyak 1000 tahun. Apabila di dalam logika, maka umat Nabi Muhammad SAW cenderung memiliki amalan kebaikan lebih sedikit ketimbang dengan umat nabi-nabi sebelumnya. Namun, nyatanya tidak. Kita semua, umat Rasulullah SAW diberikan kesempatan untuk mendapatkan pahala yang sama banyaknya dengan umat-umat nabi sebelumnya dengan datangnya Bulan Suci Ramadhan. Di dalam bulan ini, amalan kita semua yang baik maka oleh Allah SWT akan dilipatgandakan. Terlebih lagi, Allah SWT memberikan kita kesempatan di dalam sebuah malam untuk melakukan amalan-amalan yang kelak akan dibalas dengan  kebaikan dan kebaikan ini lebih baik dari kebaikan selama 1000 bulan. Jika dihitung-hitung 1000 bulan maka sama dengan 83 tahun 4 bulan. Sungguh beruntung bagi orang-orang yang melakukan amalan pada malam tersebut. Namun, Allah SWT merahasiakan keberadaan malam tersebut.Di dalam Al-Qur’an tidak diterangkan pada malam ke berapa malam Lailatul Qodar itu jatuh, tetapi di dalam hadits diterangkan bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam beri’tikaf pada 10 hari awal di bulan Ramadhan menginginkan malam Lailatul Qodar, kemudian beliau beri’tikaf pada 10 hari pertengahannya dan mengatakan (yang artinya): “Sesungguhnya malam Lailatul Qodar itu jatuh pada 10 hari akhir di bulan Ramadhan”. Beliau melihatnya dan beliau sujud di waktu shubuh di tempat yang berair bercampur tanah, kemudian pada malam ke-21 di saat beliau i’tikaf, turunlah hujan maka mengalirlah air hujan tersebut pada atap masjid karena masjid Nabi shallallahu alaihi wa sallam terbuat dari anjang-anjang. Beliau menjalankan sholat subuh bersama para sahabatnya kemudian beliau sujud. Anas bin Malik berkata: ‘Aku melihat bekas air dan tanah dikeningnya, maka beliau sujud ditempat yang berair bercampur tanah.” (HR. Bukhori no.669 dan 2016, Muslim no.1167, dan 216 dari shohabat Abu Sa’id Al-Khudri).

Beberapa tanda malam Lailatul Qodar antara lain

1) Sinar cahaya sangat kuat pada malam Lailatul-Qodar dibandingkan dengan malam-malam yang lainnya. Tanda ini pada zaman sekarang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang tinggal ditempat yang jauh dari sinar listrik atau sejenisnya.

2) Bertambah kuatnya cahaya pada malam itu.

3) Thuma’ninah. Yaitu ketenangan dan kelapangan hati yang dirasakan oleh orang-orang yang beriman lebih kuat dari malam-malam yang yang lainnya.

4) Angin dalam keadaan tenang pada malam Lailatul-Qodar, tidak berhembus kencang (tidak ada badai) dan tidak ada guntur. Hal ini berdasarkan hadits dari shohabat Jabir bin Abdillah sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya Aku melihat Lailatul-Qodar kemudian dilupakannya, Lailatul-Qodar turun pada 10 akhir (bulan Romadlon) yaitu malam yang terang, tidak dingin dan tidak panas serta tidak turun hujan”. (HR. Ibnu Khuzaimah no.2190 dan Ibnu Hibban no.3688 dan dishohihkan oleh keduanya).

Kemudian hadits dari shohabat ‘Ubadah bin Shomit sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya) “Sesungguhnya alamat Lailatul-Qodar adalah malam yang cerah dan terang seakan-akan nampak didalamnya bulan bersinar terang, tetap dan tenang, tidak dingin dan tidak panas. Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu subuh. Sesungguhnya termasuk dari tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tegak lurus, tidak tersebar sinarnya seperti bulan pada malam purnama, haram bagi syaithon keluar bersamanya (terbitnya matahari) pada hari itu”. (HR. Ahmad 5/324, Al-Haitsamy 3/175 dia berkata : perawinya tsiqoh)

5. Terkadang Alloh memperlihatkan malam Lailatul-Qodar kepada seseorang dalam mimpinya. Sebagaimana hal ini terjadi pada diri para shahabat Rosululloh .

6. Kenikmatan beribadah dirasakan oleh seseorang pada malam Lailatul-Qodar lebih tinggi dari malam-malam yang lainnya.

Adapun alamat setelah terjadi (yaitu pada pagi harinya) di antaranya: Matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tidak tersebar sinarnya dan tidak menyilaukan, berbeda dengan hari-hari biasanya. Hal ini berdasarkan hadits dari shohabat Ubay bin Ka’ab yang mengatakan: “Sesungguhnya Rosululloh mengkabarkan kepada kami: “Sesungguhnya Matahari terbit pada hari itu dalam keaadaan tidak tersebar sinarnya”. (HR. Muslim no.762, 2/828)

Adapun alamat yang menyebutkan bahwa tidak ada atau sedikit gonggongan anjing pada malam Lailatul-Qodar adalah tidak benar, karena terkadang dijumpai pada 10 malam terakhir di bulan Romadlon anjing dalam keadaan menyalak/menggonggong. (Syaikh Utsaimin)

(sumber:http://al-fikrah.net/News/article/sid=171.html)

by: Mad_017

0 comments:

Posting Komentar